“….Satu-satunya cara kau bisa memaklumi kegilaanku adalah melakukan
sesuatu yang gila pula…”
Kalimat tersebut yang diucapkan Patty kepada Tiffany di detik-detik akhir Silver linnings playbook. Patty seorang yang menderita penyakit bipolar. Bipolar yakni perubahan emosi dan pikiran yang aneh yang disebabkan oleh stres. Ia menderita penyakit tersebut semenjak ia memergoki istrinya, Nikki, sedang bersenggama dengan rekan sesama guru di kamar mandi rumahnya. Awalnya ia pulang ke rumah dengan semangat. Ia ingin bertemu dengan Nikki dan ingin menciuminya. Sejak di ambang pintu, Patty dikejutkan dengan suasana rumah yang berbeda. Tangga demi tangga ia naiki untuk menemui Nikki. Lagi-lagi ia dikejutkan dengan bra dan kancut yang tergeletak berserak di depan pintu kamar mandi. Dari celah pintu kamar mandi ia melihat Nikki sedang bertelanjang bulat dengan rambut panjangnya yang pirang nan lebat terguyur air dari shower. Seketika ia ingin menangkap istrinya, memeluk, menciuminya, dan melakukan hubungan intim. Tiba-tiba saat pandangan Patty terus menatap Nikki dari belakang, ada rekan sesama guru Nikki yang bertelanjang bulat dari bagian bawah pusar Nikki menciumi bagian tubuhnya.
Kalimat tersebut yang diucapkan Patty kepada Tiffany di detik-detik akhir Silver linnings playbook. Patty seorang yang menderita penyakit bipolar. Bipolar yakni perubahan emosi dan pikiran yang aneh yang disebabkan oleh stres. Ia menderita penyakit tersebut semenjak ia memergoki istrinya, Nikki, sedang bersenggama dengan rekan sesama guru di kamar mandi rumahnya. Awalnya ia pulang ke rumah dengan semangat. Ia ingin bertemu dengan Nikki dan ingin menciuminya. Sejak di ambang pintu, Patty dikejutkan dengan suasana rumah yang berbeda. Tangga demi tangga ia naiki untuk menemui Nikki. Lagi-lagi ia dikejutkan dengan bra dan kancut yang tergeletak berserak di depan pintu kamar mandi. Dari celah pintu kamar mandi ia melihat Nikki sedang bertelanjang bulat dengan rambut panjangnya yang pirang nan lebat terguyur air dari shower. Seketika ia ingin menangkap istrinya, memeluk, menciuminya, dan melakukan hubungan intim. Tiba-tiba saat pandangan Patty terus menatap Nikki dari belakang, ada rekan sesama guru Nikki yang bertelanjang bulat dari bagian bawah pusar Nikki menciumi bagian tubuhnya.
Patty yang tak bisa menahan emosi, ia lantas memukul laki-laki brengsek tersebut hingga tak berdaya. Akhirnya ia dijebloskan di penjara. Di filem itu tak dijelaskan lebih rinci ia dikurung di penjara. Di situ dijelaskan bahwa ia dikurung di rumah sakit jiwa. Ia setiap hari harus minum obat dengan diawasi penjaga. Namun, di depan pengawas obat ia seringkali menunjukkan kepura-puraannya menelan obat, padahal jarak tiga hingga empat meter dari tempat tersebut ia lantas melepeh obat tersebut. Dengan jaminan ibu patty, akhirnya ia diberi kesempatan untuk meninggalkan rumah sakit jiwa dan memberi kesempatan untuk bersosialisasi di masyarakat.
Patty benar-benar gila. Ia masih sangat mencintai istrinya yang jelas-jelas berselingkuh. Namun, Patty tak lantas membenci dan mengutuknya. Ia justru ingin tetap mempertahankan pernikahannya. Ia tak ingin main-main dengan ikatan pernikahan. Apapun yang terjadi, ia berusaha mempertahankannya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Tiffany, seorang pelacur. Ia janda dari suami yang sudah sepuluh tahun meninggal karena dibunuh. Tiffany tak bisa menahan hasrat seksualnya selama ditinggal suaminya. Banyak lelaki yang menggodanya. Hidupnya porak poranda.
Kala di rumah kakak perempuan Tiffany, ia bertemu dengan Patty. Sejak pandangan pertama Tiffany sudah tertarik dengannya. Ia melihat ada kesamaan dalam dirinya dengan Pat. Ia sama-sama sedang menjalani ujian hidup yang berat. Ya, ujian dalam berumahtangga. Dengan pelan, Tiffany berupaya untuk memberikan perhatiannya. Lagi dan lagi, Pat terus membentak dan memarahinya. Ia tetap saja masih ingin mempertahankan rumah tangganya dengan Nikki. Padahal Nikki telah menghilang entah kemana dan meninggalkan Pat.
Suatu saat Tiffany mengajari Pat cara berdansa. Setiap hari ia berlatih di rumah Tiffany. Berdansa perlu ketelitian, energi yang besar, dan disiplin. Maka dari itu sesuai perjanjian, keduanya harus sama-sama fokus saat latihan dan mematuhi peraturan. Tiffany hanya ingin sekadar mendapat sedikit perhatian dari Pat, yang mana ia terus sabar menanti itu.
Dalam pilem ini sikap yang perlu dicontoh dari Pat yakni ia selalu menyerukan semangat Excelsior. Excelsior yakni menyerap hal negatif dan memanfaatkannya sbg motivasi dan akhirnya akan menemukan silver linnings (pikiran yang bahagia). Dengan filosofi yang positif dan indah tentang berada di luar dan membaca buku. Pat meyakini kegilaan terkadang membuat seseorang menjadi lebih bahagia, menjadi orang lebih tenang.
Begitu pula untuk mempertahankan suatu rumah tangga. Di sana tidak hanya dilandasi dengan perasaan cinta semata namun juga dengan akal sehat. Sebab, dengan perasaan saja orang akan sengsara dan ketika hanya menggunakan akal saja orang akan tersesat. Maka hubungan rumah tangga perlu dibangun atas pondasi cinta dan akal sehat. Di mana cinta adalah bentuk kasih dan sayang untuk dipersatukan dan menyatukan menjadi satu. Begitu pula cinta butuh waktu untuk memahami pasangan. Untuk mengatakan I love you kepada Tiffany, Pat butuh waktu lama. Di saat-saat terakhir ia baru menyadari bahwa cinta itu tentang sebuah keberadaan seseorang dalam membantu mengenali dirinya, bukan orang yang di luar atau bahkan hanya memandang dari jarak jauh.
Satu poin yang tidak banyak dieksplor di silver lining playbook ini adalah hubungan di dalam keluarga masing-masing tokoh secara detail. Karena di situ hanya dijelaskan secara sekilas-sekilas. Jika hubungan di dalam keluarga tokoh bisa dieksplor pembaca jauh lebih keren disuguhkan nilai-nilai yang bisa dipetik. Karakter-karakter tokoh yang dilakonkan, bukan dari pembentukan yang sekilas. Namun, dari proses keluarga yang panjang. Di situ sempat diperlihatkan bahwa hubungan Pat dengan ayah, ibu, dan saudaranya tak berjalan harmonis. Ayahnya mengakui bahwa ia ingin memperbaiki hubungan bapak anak yang sempat terlupakan ketika Pat kecil. Di dalam kondisi apapun, manusia hanya ditekankan untuk meluangkan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar