Senin, 10 Maret 2014

Semburat Asa dari Tambakrejo


Wajah Nana Kariada nampak sumringah. Dua penghargaan sekaligus digenggamnya beserta tim. Walau banyak kendala yang menghadang, mereka tetap lantang satu suara. Semburat asa kesejahteraan. 
 
Semilir angin pantai berhembus kencang. Beeerrrrrr. Umbul-umbul seraya bergoyang ke sana ke mari. Satu dua orang terlihat memanggul bablak. Gedung kecil di seberang jalan nampak rame. Dengan ratusan kursi tertata rapi di dalam maupun luar gedung. Tak sampai setengah jam, gerombolan warga kian memadati gedung pertemuan di dusun Tambakrejo, Tanjung Mas, Semarang Utara.

Ya, sebuah kabar gembira. Universitas Negeri Semarang mendapat penghargaan Millennium Development Goals (MDGs) atas pengabdiaannya di bidang pengentasan kemiskinan dan sanitasi di Desa Tambakrejo. Acara di balai pertemuan merupakan persembahan tasyakuran atas penghargaan tersebut.

Tanjung Mas merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat di Semarang. Di desa Tambakrejo salah satunya. Ada enambelas Rukun Warga (RW). Kondisi wilayah yang berada di garis kemiskinan sudah lekat sejak berpuluh-puluh tahun. Pekerjaan sebagai buruh nelayan sudah tak bisa diandalkan. Cuaca yang tak tentu menjadi penyebabnya. Kedatangan rob yang sewaktu-waktu membanjiri rumah-rumah mereka pun menjadi sangat biasa. Pemandangan yang tak mengherankan. Rumah-rumah kecil nan sumpek berjejer tak beraturan. Paradoks dengan di komplek perumahan atau apartemen. 

Semburat Asa
            “Saya ingin sekali mengembangkan Desa Tambakrejo suatu saat nanti,” ujar Nana Kariada dosen Biologi FMIPA. Jauh sebelum ada tawaran Coorporate Social Responsibility (CSR) Pertamina dengan Unnes Ia dengan lima kawannya merupakan tim Pembina desa tersebut.. Ia lantas bersyukur dan memanfaatkan kesempatan CSR tersebut. 

            Sebelum adanya CSR, Nana sudah mengenal kehidupan warga desa Tambakrejo. Ia sempat melakukan penelitian di sana. Maka, dengan senang hati Nana menerima tawaran tersebut. Dan Desa Tambakrejo menjadi usulan pertama Nana. Karena keterbatasan tenaga dan biaya, hanya Rusun Warga enambelas yang menjadi sasarannya. 

            Ia dan rekan satu tim memberikan pembinaan sedikit demi sedikit. Bidang lingkungan misalnya. Pembentukan kelompok Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun (Camar). Masyarakat yang berkecimpung pada penanaman dan pembibitan mangrove. Jadi para buruh nelayan yang kesulitan mengadu nasib di laut bisa memanfaatkan pembentukan kelompok Camar tersebut dengan memperjualbelikan bibit-bibit hasil pengembangbiakan.  

         Semangat yang meluap-luap selalu Nana perlihatkan di setiap kegiatan. Ia sangat antusias. “Saya ingin mengajarkan ke warga agar tak selalu menerima ketidakberuntungan nasib  begitu saja,” jelasnya sembari menyapa beberapa teman kantor yang keluar masuk. Alias, menerima kondisi ekonomi yang pas-pasan. Setidaknya Nana mengajarkan sebuah usaha untuk tetap dalam batas cukup dari segi ekonomi. 

            “Gimana Pak, magrovenya. Sudah ditindaklanjuti?” ujar Nana pada Tugiman Susyanto di sela-sela perbincangan kami.
            “Sudah, Bu.”

            Semburat asa juga tercurah dari warga Tambakrejo. Isteri dari Suratno mengatakan terbantu dengan adanya pembinaan di desanya. Secara ekonomi sudah mulai membaik. Anak pertamanya pun kini telah duduk di bangku kuliah. Walau memang dengan bantuan beasiswa Bidik Misi. 

            Kemajuan di bidang ekonomi, masyarakat sudah mulai terbuka untuk menerima perubahan. Adanya inovasi pembuatan telur asin menjadi salah satu produk yang laris diburu masyarakat umum. Selain, pembuatan kerajinan tangan. 

            Selain Nana adapula Intan Zainafree yang termasuk dalam satu tim. Ia mengakui jika kendala dan tantangan selalu ada. Suara-suara vokal warga yang menunjukkan ketidaksepakatannya dengan pembinaan di desa tersebut sempat menyurutkan semangat ia. Namun, ia berpikir itu hanya sebuah kendala kecil. Ia tetap menatap pada sebuah asa untuk terciptanya kesejahteraan warga Tambakrejo. 

            Ketiga rekan Nana dan Intan yakni Lita Latiana dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Mego Purnomo dari Fakultas Teknik, dan Noorokhmat dari Fakultas Ilmu Sosial. Mahasiswa dari berbagai jurusan juga turut terlibat. Seni tari, Ilmu kesehatan masyarakat, Biologi, dan Geografi.

Tidak ada komentar: