Gabriel Marcel menceritakan manusia adalah misteri. Ia menjadi teka-teki yang susah diuraikan dengan gamblang. Sebab, dalam pergulatan batin manusia tak ada yang benar-benar gamblang. Ia hanya berupa fantasi-fantasi yang berusaha ditangkap. Kecuali hal-hal dhohiriyah manusia. Fisik misalnya. Fransiskus Borgias M. mengatakan manusia sebagai makhluk pengembara. Sebuah pengembaraan, sebuah ziarah, dan sebuah perjalanan. Tepatlah jika manusia sebagai musafir dan perantau di dunia. Aktivitas manusia di dunia ini tak lain adalah upaya memberi makna terhadap pengembaraan.
Begitu, manusia
tak bisa lepas dari watak-sifat, suatu kumpulan corak dan suatu rangkaian
bentuk dinamis yang khas. Adanya
watak-sifat manusia ini yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tentu
tidak mudah menentukan watak-sifat manusia hanya di permukaan. Sebab hal itu
kompleks, fleksibel, dan dipengaruhi oleh daya perkembangan, tidak mewujudkan
sekaligus segala kemampuannya.
Masa Depan
Manusia yang
telah mengetahui hakikat keberadaan dirinya di dunia akan membantu dalam
menjalankan tugas kemanusiaannya. Jika menilik kembali tugas manusia yakni
hablumminannas dan hamblumminallah. Saya yakini tugas berat di dunia ini yakni
memberikan keseimbangan di keduanya. Sebab, katanya, akan ada masa setelah
dunia. Ia kekal. Akan ada pengisaban pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban
yang bisa ditoleransi oleh Tuhan yakni yang hanya berhubungan dengan-Nya. Kecuali
dosa-dosa besar yang termaktub dalam kitabnya. Namun, saya yakini dosa besar
sekali pun jika manusia sungguh-sungguh dalam taubatnya akan pula dicurahkan
pintu kefitrahannya kembali. Saya tak menyebut pintu maaf, sebab Tuhan itu Maha
semaha-mahanya. Jika hanya maaf kepada siapa pun pasti diobral. Ia tak lantas
menetapkan pintu pengadilan dan memutuskan mana yang salah dan benar, atau
dimasukkan dalam neraka atau surga dengan hitungan angka. Apalagi modus
penyuapan.
Orang-orang yang
tingkat ketawadukannya terhadap Tuhannya kuat akan mengetahui proses panjang
hingga muara akhir surga dan neraka. Sekali pun konsep surga dan neraka barang
tak pernah ada? Entahlah. Saya pikir surga dan neraka bukan hanya sekadar
iming-iming dari Tuhan. Tuhan semacam menguji perenungan mendalam manusia dalam
setiap tindakannya di dunia. Maka benar, jika dunia ini hanya sebuah tantangan
dan ujian semata. Tak ada orang yang selalu dilimpahi kemakmuran dan keberkahan.
Sekali pun ia mencantumkan berkah dan makmur dalam sebuah nama supaya doa
senantiasa mengalir. Yang ada hanya tantangan dan ujian yang beda satu dengan liyan.
Pertanggungjawaban
yang sulit yakni hablumminannas. Tuhan sekalipun tak bisa cawe-cawe dalam urusan ini. Manusia sebab dianggap mempunyai daya
pikir yang tinggi diminta untuk menyelesaikan sendiri dengan sesama manusia.
Tuhan semacam memberi petunjuk entah diartikan baik atau buruk oleh manusia.
Lagi, Tuhan menguji perenungan mendalam manusia dalam melangkah.
Nah, manusia
pasti cenderung mempunyai kekhawatiran-kekhawatiran akan masa depan. Entah,
dalam setiap diri atau dalam berorganisasi, komunitas, klub, berbangsa, dan
bernegara. Kekhawatiran itu yang terkadang mendesak untuk menempuh hal yang
praktis. Hal-hal praktis itu yang selanjutnya secara perlahan menabung benih
kehancuran hingga datang kiamat. Maka, tak heran jika kiamat hadir nanti pasti
melalui kehancuran. Apa yang ada ditumpas dan dilibas. Pernah saya mendengar
tausiyah dari pemuka agama, jika seburuk-buruknya manusia yakni mereka yang
berjumpa kiyamat. Benar tidaknya aku pikir ada benarnya juga.
Masa depan
selalu membuat iri manusia. Lebih-lebih dengan peramalan-peramalan imajinasi
dan fantasi. Masa depan terkadang menjadi sesuatu yang mengahantui. Namun,
manusia-manusia kreatif dan visioner dapat mengubah modus-modus kenyataan masa
depan. Pada saat melakukan proses kreatif, manusia mencari dan menemukan
hal-hal apa saja yang ada dan terjadi dalam kesadaran manusia. Untuk memasuki
modus kenyataan itu sendiri orang harus mampu mengubah dan memodifikasi
kesadaran untuk kemudian memikirkan spektrum realitas (serpihan kenyataan).
Dalam spektrum
realitas terdapat dua kutub. Kutub pertama terdapat kesadaran objektif dan
pengalaman sehari-hari. Modus kenyataan inilah yang dialami dan disadari banyak
orang. Sedang pada kutub kedua, pengalaman dan kesadaran subjektif dialami
orang saat tidur. Berbagai macam realitas itu tercampur baur begitu saja dan
mengandung unsur-unsur dari kedua modus itu. Itu dapat dijumpai pada mimpi yang
nyata.
Serpihan
kenyataan ini yang lantas menjadikan serpihan masa depan seseorang. Menjadi
manusia kreatif dan revolusioner untuk masa depan diri. Sebab manusia hanya
mampu menerawang serpihan-serpihan masa depan. Maka, tak ada masa depan yang
lagi menjadi kekhawatiran atau ketakutan. Sebab, masa depan bertolak dari saat
ini. Dan kita hidup di masa kini.