“Aku
tahu kamu akan kembali,” terang seorang pria kecil dengan senyum yang
mengembang di ujung bibir merahnya. “Terima kasih kau telah menggantikanku,”
ucap Andrew Garfield pemeran Peter Parker dalam filem The Amazing Spiderman 2.
The
Amazing Spidermen 2 memberikan kejutan pada penonton di detik terakhir. Seorang
anak kecil dengan kostum lengkap spiderman menerobos sebuah pagar ketika
sesosok monster ingin menyerang kota. Ia yang berusaha lepas dari pemantauan ibunya
berlari untuk melawan monster yang sedang beradu peluru dengan polisi. Sebelumnya,
ketika terjadi perpecahan, Peter sebagai spiderman selalu hadir untuk melawan
kejahatan. Ia hadir bak oase di padang pasir.
Peristiwa
tersebut lah yang membuat ngilu saya dari seluruh rangkaian cerita. Seorang anak
yang menurut saya telah mampu menerawang nilai-nilai sosial dan kemanusian. Ya,
spiderman telah menjadi idola bagi sebagian orang yang tetap mengharapkan
ketenangan hidup. Di saat spiderman mengalami keterpurukan sebab kekasihnya Emma
Stone yang memerankan sebagai Gwen Stacy meninggal dunia ketika membantu Peter mengalahkan
monster listrik. Ia terpukul atas tiadanya Gwen. Beberapa kali ia memandangi
makam Gwin sembari mengingat sebuah harapan yang pernah mereka bangun.
Namun,
anak kecil tersebut yakin Spiderman akan kembali hadir ketika perpecahan dan
kejahatan melanda. Dalam darah anak kecil tersebut telah mengalir keberanian
yang serupa pada spiderman.
Memaknai Harapan
Lima
bulan setelah kepergian Gwen, Peter tak lagi menyelamatkan keadaan. Peter begitu
menyayangi Gwen. Empat tahun mereka menjalani hubungan pendewasaan, berpacaran
jika orang sekarang mengatakannya. Tentu tak mulus layaknya imaji perajutan
kasih. Sempat Gwen memutuskan hubungan tersebut. Gwen seoarang perempuan yang
cerdas, tegas, dan penuh keberanian. Walau ada Peter yang sangat meyayanginya,
Gwin tak lantas terbuai dengan kasih yang Peter berikan. Ia tetap ingin mewujudkan
citanya untuk mengangsu ilmu. Maka pada kesempatan suatu kali penjaringan
pendidikan satu tahun di Oxford University tak ia sia-siakan. Sayang, di saat
perjalanan pemberangkatannya ke bandara menuju Inggris, ia dihadapkan pada
kondisi harus turut serta membantu Peter dalam menyelamatkan sebuah kota.
Begitu,
cinta membutuhkan waktu untuk saling meneguhkan diri dan tetap menjadi diri
sendiri beserta cita luhurnya. Cinta bukan keinginan untuk saling memiliki jasad
selamanya. Namun, ia adalah penguatan sebuah bangunan harapan yang dicitakan
dua pikiran manusia untuk saling mengakrabi sekitar.
Selayaknya
itu, Peter bangkit untuk tetap menjadi harapan bagi orang-orang yang
membutuhkannya. Walau kekasihnya, Gwin telah tiada, namun jiwa keduanya
menyatu. Peter tetap bangkit demi membangun sebuah harapan. Sebab kenyataan
adalah tetap berdiri untuk mewujudkan imaji walau bagaimanapun keadaannya.
Kira-kira
begini pidato Gwin Stacy sewaktu kelulusannya sebagai lulusan terbaik. “Mudah merasakan
harapan di hari yang indah. Tapi akan ada hari kesusahan di depan. Dan akan ada
hari-hari di saat kamu merasakan sendirian. Itu ketika harapan dibutuhkan
sebagian besar. Tidak masalah seberapa berat harapan itu dicapai. Atau seberapa
kehilangan yang kamu rasakan. Bahwa kamu akan terus berharap. Terus Hidup. Kita
harus lebih hebat dari apa yang kita derita. Lebih-lebih kamu akan menjadi
harapan bagi orang-orang yang membutuhkan. Dan bahkan jika kita gagal, akan banyak
cara lebih baik untuk hidup. Dan semua orang yang membantu akan menjadikan kita
siapa diri kita sebenarnya. Aku tahu rasanya, seperti mengatakan selamat
tinggal. Tapi kita membawa masing-masing bagian ke dalam segala hal yang kita
lakukan berikutnya. Untuk mengingatkan siapa diri kita.”