Kamis, 07 Agustus 2014

Nak, Kutitip Sebuah Harapan


“Aku tahu kamu akan kembali,” terang seorang pria kecil dengan senyum yang mengembang di ujung bibir merahnya. “Terima kasih kau telah menggantikanku,” ucap Andrew Garfield pemeran Peter Parker dalam filem The Amazing Spiderman 2.

The Amazing Spidermen 2 memberikan kejutan pada penonton di detik terakhir. Seorang anak kecil dengan kostum lengkap spiderman menerobos sebuah pagar ketika sesosok monster ingin menyerang kota. Ia yang berusaha lepas dari pemantauan ibunya berlari untuk melawan monster yang sedang beradu peluru dengan polisi. Sebelumnya, ketika terjadi perpecahan, Peter sebagai spiderman selalu hadir untuk melawan kejahatan. Ia hadir bak oase di padang pasir.

Peristiwa tersebut lah yang membuat ngilu saya dari seluruh rangkaian cerita. Seorang anak yang menurut saya telah mampu menerawang nilai-nilai sosial dan kemanusian. Ya, spiderman telah menjadi idola bagi sebagian orang yang tetap mengharapkan ketenangan hidup. Di saat spiderman mengalami keterpurukan sebab kekasihnya Emma Stone yang memerankan sebagai Gwen Stacy meninggal dunia ketika membantu Peter mengalahkan monster listrik. Ia terpukul atas tiadanya Gwen. Beberapa kali ia memandangi makam Gwin sembari mengingat sebuah harapan yang pernah mereka bangun.

Namun, anak kecil tersebut yakin Spiderman akan kembali hadir ketika perpecahan dan kejahatan melanda. Dalam darah anak kecil tersebut telah mengalir keberanian yang serupa pada spiderman.

Memaknai Harapan

Lima bulan setelah kepergian Gwen, Peter tak lagi menyelamatkan keadaan. Peter begitu menyayangi Gwen. Empat tahun mereka menjalani hubungan pendewasaan, berpacaran jika orang sekarang mengatakannya. Tentu tak mulus layaknya imaji perajutan kasih. Sempat Gwen memutuskan hubungan tersebut. Gwen seoarang perempuan yang cerdas, tegas, dan penuh keberanian. Walau ada Peter yang sangat meyayanginya, Gwin tak lantas terbuai dengan kasih yang Peter berikan. Ia tetap ingin mewujudkan citanya untuk mengangsu ilmu. Maka pada kesempatan suatu kali penjaringan pendidikan satu tahun di Oxford University tak ia sia-siakan. Sayang, di saat perjalanan pemberangkatannya ke bandara menuju Inggris, ia dihadapkan pada kondisi harus turut serta membantu Peter dalam menyelamatkan sebuah kota.


Begitu, cinta membutuhkan waktu untuk saling meneguhkan diri dan tetap menjadi diri sendiri beserta cita luhurnya. Cinta bukan keinginan untuk saling memiliki jasad selamanya. Namun, ia adalah penguatan sebuah bangunan harapan yang dicitakan dua pikiran manusia untuk saling mengakrabi sekitar.
Selayaknya itu, Peter bangkit untuk tetap menjadi harapan bagi orang-orang yang membutuhkannya. Walau kekasihnya, Gwin telah tiada, namun jiwa keduanya menyatu. Peter tetap bangkit demi membangun sebuah harapan. Sebab kenyataan adalah tetap berdiri untuk mewujudkan imaji walau bagaimanapun keadaannya. 

Kira-kira begini pidato Gwin Stacy sewaktu kelulusannya sebagai lulusan terbaik. “Mudah merasakan harapan di hari yang indah. Tapi akan ada hari kesusahan di depan. Dan akan ada hari-hari di saat kamu merasakan sendirian. Itu ketika harapan dibutuhkan sebagian besar. Tidak masalah seberapa berat harapan itu dicapai. Atau seberapa kehilangan yang kamu rasakan. Bahwa kamu akan terus berharap. Terus Hidup. Kita harus lebih hebat dari apa yang kita derita. Lebih-lebih kamu akan menjadi harapan bagi orang-orang yang membutuhkan. Dan bahkan jika kita gagal, akan banyak cara lebih baik untuk hidup. Dan semua orang yang membantu akan menjadikan kita siapa diri kita sebenarnya. Aku tahu rasanya, seperti mengatakan selamat tinggal. Tapi kita membawa masing-masing bagian ke dalam segala hal yang kita lakukan berikutnya. Untuk mengingatkan siapa diri kita.”