Bergulirnya
hari menuju hari berikutnya meninggalkan pesan bagi setiap makhluk. Bahwa di
antar waktu seperti ini, 12:24, manusia diminta untuk menengok tentang kemarin.
Lalu memandang esok.
2
Mei lalu, di malam yang sama, Kamis menuju Jumat pun aku masih menegok. Begitu
menegok itu hanya memalingkan sedikit kepala. Leher hingga ujung jemari tentu
masih tegap dan berusaha untuk tidak bengkok. Aku memang masih menegok, sesekali.
Namun tidak untuk berbalik badan. Ingat.
Sebuah
peristiwa tentu atas adanya pertemuan. Di mana Tuhan telah menggariskan
beberapa poin di Lauhul Mahfuz. Semacam Garis tangan manusia. Namun, Tuhan
selalu bisa diajak rundingan. Ada transaksi antar manusia-tuhan. Tawar menawar.
Tuhan, malam ini aku ingin menawar akan satu hal, Jika segalanya ini yang hadir
dari engkau, maka rawatlah. Matikanlah bila hadir selain dari engkau. Begitu,
sebuah ikhtiar yang berusaha ku bangun untuk tidak menebak-nebak garis
tanganku. Bahwa saya hanya sebuah ikhtiar dalam melangkah. Di subuh. Kamis yang
menuju Jumat. Kau.