Aku seorang pemuda. Layaknya seorang pemuda,
aku hanya menginginkan kebebasan. Aku hanya ingin menjelajah. Aku ingin
melangkahkan kaki kemana aku mau. Ke hutan belantara, ke laut, ke gunung, ke
awan, ke alam imaji, ke alam bawah sadar, ke pikiran, dan ke ke……..
Kaliwangi, 6 Februari
1993
Pagi
menjelang, aku melihat petani yang setiap pagi membawa cangkul ke saben. Ibu-ibu yang menenteng rantang
untuk mengantar makanan pada suaminya. Anak-anak yang berduyun-duyun berangkat
sekolah, entah jalan kaki atau naik sepeda. Biasanya, mereka saling menunggu
teman lain di rumah Aci. Sebab, rumah Aci yang dinilai strategis dari
rumah-rumah yang lain. Entah kenapa anak-anak itu tak langsung saja ke sekolah
tanpa harus saling menunggu. Ah, ternyata mereka saling memadupadankankan hasil
pekerjaan rumah mereka.
Desa
ini bernama kaliwangi. Ya, ada sebuah kali yang selalu mengairi persawahan desa
tersebut. Di musim hujan, air kali tak pernah meluap. Di musim kemarau, kali
memang kadangkala tak ada air. Namun, kali bisa dilewati air tukon yang diambil
dari dataran tinggi. Nama kaliwangi bukan karena airnya beraroma wangi. Namun,
karena banyak kebutuhan air yang digantungkan warga melalui kali maka ia
namakan kaliwangi. Kali itu bisa membuat wangi persawahan warga. Kala itu, tak
ada petani yang saling mengumpat sebab tak tercukupinya air untuk pengairan
sawah. Dua puluh satu tahun silam. Sekarang kaliwangi tak lagi wangi. Ia murka
di setiap musim. Jika penghujan tanggul kali jebol. Jika kemarau kali asat.
Haruskah kami mengganti nama desa dengan kalimurka?
Gemuruh, 8 Desember
2008
Aku tak
punya teman di desa yang agaknya kota ini. Kami tinggal di desa namun pula di
kota. Kami berada pada tapal batas. Kami baru satu bulan pindah di tanah ini.
Sebelumnya kami berada di sebuah desa yang damai. Namun, sebab Bunda terlilit
utang untuk usaha sekarang kami mengasingkan diri dulu. Awalnya Bunda tak
bermaksud menilep uang usaha tersebut. Ia hanya pinjam selembar dua lembar
untuk membiayai makan sehari-hari. Keempat anaknya sedang menempuh studi
sarjana di beberapa kota besar. Sementara ayah hanya penjual burung-burung
peliharaan. Ayah keluar rumah pukul 07.00 pulang pukul 17.00.
Bunda
sempat menjadi buronan polisi. Beberapa pekan kami tak berani keluar rumah.
Jika kami keluar kami akan memakai pakaian yang menutupi sebagian wajah. Tiga
tahun kemarin utang sudah lunas. Bunda mendapat sepetak tanah dari nenek. Dua
tahun lalu pula Bunda meninggal sebab terjatuh di lantai. Sekarang aku dan
ketiga saudaraku tak saling tahu keberadaan.
Rimba, 10 April 2010
Anak-anak
beralaskan sandal jepit ke sekolah. Ada pula yang tanpa alas kaki. Buku satu
mereka selipkan di punggung. Bolpoint pun jarang mereka bawa. Di kelas
anak-anak saling asyik ngobrol sendiri. Ada yang ngantuk, saling cubit teman,
bahkan bertengkar. Aku kewalahan untuk mengarahkan kelas. Mereka dengan beragam
perilaku.
Sepuluh bulan aku berencana di sini. Aku berencana menghabiskan waktuku di sini untuk menjelajah. Pulau Rimba ini, aku sengaja mengabdikan diri. Namun, aku pula dibayar gedhe. Ah, apakah aku ke sini hanya untuk bayaran gedhe atau memang mengabdikan diri?
Sepuluh bulan aku berencana di sini. Aku berencana menghabiskan waktuku di sini untuk menjelajah. Pulau Rimba ini, aku sengaja mengabdikan diri. Namun, aku pula dibayar gedhe. Ah, apakah aku ke sini hanya untuk bayaran gedhe atau memang mengabdikan diri?
Selafik, 30 Desember
2012
“Jika
kalian tidak cocok dengan kondisi baru yang akan kita lakukan, pergilah. Saya
sangat menghargai hak anda. Jika kalian memutuskan untuk bertahan di sini, saya
membutuhkan kalian untuk memperbaiki bersama. Ini akan menjadi masa untuk
merubah secara serius. Kalian lakukan hal terbaik dari kemampuan yang anda
miliki. Maka, saya akan lakukan hal yang sama. Kita lakukan untuk kemajuan ini
agar dipandang dunia”. Begitu kiranya Nelson Mandela dalam Invictus. Ia yang
kini sudah tiada akan dikenang menjadi sosok yang berani dan berjiwa sosial
tinggi.
Aku
membayangkan sosok Rugbi sebagai asisten Nelson yang ramah dan pemurah. Tak
terlihat sedikit pun raut keterpaksaan di muka Rugbi kala melayani Nelson.
Begitu Nelson memperlakukan semua staf dan rakyatnya dengan keramahan.
Perpaduan kerendahan hati dan progress yang kuat menjadi satu kesatuan dalam
diri Nelson. Aku yakin banyak pula yang menentang rezim Nelson. Toh, akhirnya
ia sanggup membuktikan.
Aku
pula membayangkan sebagai istri atau anak perempuan Nelson yang tak bisa
berbincang setiap saat. Kami hanya bertemu di akhir pekan atau di tengah malam
yang sudah terlelap. Ia mencium keningku dan mengucapkan selamat tidur. Atau di
dapur sedang masak nasi goreng bareng. Atau ia sedang membilas baju sedang aku yang
mengucek. Aku akan dengan lantang menyebut ia sebagai ayah bukan kepala. Sebab
di rumah kami satu dan menyatu.
Kepada
dunia Afrika Selatan di kenal melalui Nelson. Lantas kepada dunia, tanah airku
dikenal melalui (si)apa? Silisilah koruptor, negeri gemah ripah loh jinawi,
Soekarno, muslim terbanyak, atau atau… Ah, aku (kami) seorang pemuda. Aku
penentu takdir(ku) sendiri. Begitu takdir negeri ini. Kami sebentar lagi
merayakan pesta. Tapi aku sudah muak dengan pesta. Aku hanya ingin melawan
diriku sendiri.