Memilih jalan berpolitik itu hak
setiap warga negara. Namun, tidak setiap warga negara dapat menjalankan hak
tersebut dengan bijak.
Orang
cenderung memilih melebarkan sayap ke ranah politik setidaknya karena tiga hal.
Pertama, ingin meninggikan jabatan. Kedua, ingin meraih kekuasaan. Ketiga, ingin meninggikan jabatan serta
meraih kekuasaan. Mari berusaha melucuti satu per satu. Politik, jabatan, dan
kekuasaan. Politik adalah usaha untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Politik
mempunyai tujuan mulia untuk tegaknya sebuah keadilan. Namun, tujuan mulia
tersebut tak jarang diselewengkan oleh oknum politik. Oknum inilah yang pada
akhirnya memberikan citra negatif politik.
Banyak orang yang mengutuk politik.
Karena kotor dan kejam. Tak pandang bulu. Banyak orang berpikir secara picik
jika politik itu melulu partai. Dan warna menjadi bagian di dalamnya. Satu
dengan lainnya saling fanatik dan sarkas. Hanya mementingkan individu atau
kelompok tertentu.
Saya
teringat tulisan Dahlan Iskan dalam Surat
dari dan Untuk Pemimpin tentang ketidakrelaannya melihat kaum muda menjadi
politisi. Bahkan Dahlan menyebutkan politik merupakan bidang yang dibenci
masyarakat. Pernyataan Dahlan ada benarnya. Sebab, pelaksanaan politik di
lapangan sungguh jauh dari kata adil. Ada kekhawatiran dalam diri Dahlan. Tentu
sangat beralasan. Namun, cobalah secara bijak untuk memahamkan diri tentang
politik. Hakikat sebuah politik.
Seorang yang ingin meninggikan
jabatan salah satunya melalui berpolitik. Politik digadang-gadang oleh sebagian
orang bisa dimanfaatkan untuk ketenaran, kekayaan, dan investasi pribadi. Jika
seorang berpolitik hanya karena motif ingin meninggikan jabatan, mandek sudah ia pada status pejabat yang
tak punya nilai.
Motif
lainnya yakni kekuasaan. Kekuasaan yang banyak disalahartikan sebagai
kesewenang-wenangan. Orang yang mempunyai kekuasaan akan berpengaruh tinggi.
Kekuasaan dari kata “kuasa”. Kuasa itu mampu. Mampu, mantap, untuk menjalankan
tugas, amanah, dan menetapkan kebijakan yang adil. Bukan untuk mengingkarinya.
Sementara
orang yang ingin memperoleh kekuasaan melalui politik tidaklah salah. Sebab,
tak bisa dipungkiri setiap berkehidupan, bersosialisasi, berinteraksi, di situ
tentu ada politik. Mana mungkin orang yang mempunyai cita-cita tinggi untuk
mengubah suatu keadaan hanya dengan berdiam diri. Merelakan kepemerintahan
dipegang oleh tangan-tangan penghianat. Akhirnya kesejahteraan masyarakat
berada di ujung tanduk. Perut-perut pribadi yang kemudian dikenyangkan.
Tentu
orang yang berkuasa untuk menentukan sebuah kebijakan hanyalah mereka yang
mempunyai jabatan strategis. Jabatan ketua-ketua di pemerintahan pusat atau
daerah misalnya. Perebutan jabatan dan kekuasaan pun semakin memanas setiap
kali masa jabatan habis. Jadi, jabatan dan kekuasaan adalah sebuah korelasi
yang strategis jika dimanfaatkan secara bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar