Rabu, 08 Oktober 2014

Aufklarung

"Kenapa kau tak memberi kabar?" ujarnya dengan nada tinggi. 
"Bla bla bla...." sebelum ia selesai bicara, aku tertegun dan tersedu. Aku jelaskan dengan nada lirih dan santai. Ia, akhirnya mengikuti nada yang seirama denganku. Pun sudah tak terdengar suara yang meluap-luap. 

Ah, aku tahu kau mengkhawatirkanku. Tapi, aku belum siap untuk memberi kabar begitu adanya. Aku memilih diam, atau sesekali ku kirim kabar baik yang sebenarnya tak utuh kebaikannya. Jika kita sama saling mengkhawatirkan, mengadu lah pada Gusti. Cemaslah pada-Nya. Aku masih kuat untuk berjalan di koridor ini. Pada senja nanti tentu akan kulepas segala pilu redamnya. Ini caraku. Kau tak perlu khawatir. Aku selalu berdoa untuk kita semua agar tetap menjaga senyum. 
"Ya wis, hati-hati Nak. Berkirimlah kabar jika kau perlu mengirim senyum untuk kami." 
"Tentu."