Mimpi…
bermimpilah….kejar….kejarlah….
Rambutnya hitam panjang. Saat
bertemu, senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Agaknya, ia juga malu-malu. Ia
lah Dwi Lestari murid kelas X Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Semarang. SKB
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan. Orang tuanya, kini berjualan
di pasar.
SKB
Kota Semarang berdiri pada 2001. Salah satu
dasar didirikannya SKB Kota Semarang adalah dampak krisis multi dimensi, yang
berdampak pada kondisi perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
kelas bawah. SKB kota Semarang ini mempunyai visi menjadi lembaga pelayanan,
pendampingan, dan percontohan pendidikan luar sekolah dan pemuda serta
pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat gemar belajar, berkarya, dan
berswadaya mandiri.
Dwi begitu panggilan akrabnya. Ia
sejak sekolah menengah pertama ikut kejar paket B. ia mengatakan tidak dapat
membayar biaya di sekolah umum. Padahal keinginannya untuk melanjutkan di
sekolah umum sangat kuat, “Bagaimana lagi orang tua tidak mempunyai biaya. Dulu
saya sempat mendaftar di smp. Namun, karena biayanya mahal tidak jadi,” tutur
perempuan dengan lima saudara ini.
Selain mengikuti pelajaran
selayaknya di sekolah umum, Dwi di SKB ini juga belajar berwirausaha. Ia
bersama dua rekannya juga menjadi karyawan kantin di sekolah tersebut. Ia
belajar mengelola uang agar mendapat keuntungan untuk modal usaha. Selain itu,
ia juga mengikuti ekstrakulikuler membatik. Terbukti, seragam yang ia kenakan
pun hasil dari membatik sendiri. “Daripada membeli seragam untuk jaga kantin,
mending kami membuatnya sendiri. He-he,” tambah perempuan kelahiran September
1999.
Ia tak lantas patah semangat untuk
tetap melanjutkan sekolah lagi. Setelah lulus kejar paket C ini, ia berencana
melanjutkan ke perguruan tinggi. Menjadi Guru adalah keinginannya sedari dulu.
“Saya ingin menjadi guru. Mendidik anak adalah kebanggaan tersendiri. Sama-sama
menyemangati untuk mewujudkan mimpi,” terangnya.
SKB didirikan
dengan tujuan menuntaskan buta aksara dengan priorotas usia 10-44 tahun,
menunjang suksesnya wajib belajar pendidikan dasar melalui kejar paket A, kejar
paket B setara SMP, kejar paket C setara SMA, memberikan pelayanan pendidikan
yang berorientasi pada ketrampilan bagi masyarakat yang tidak bersekolah dan
bekerja, memberikan layanan pendidikan anak usia dini, dan meningkatkan wawasan
dan sikap pemuda agar memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan global.
Jauh panggang
dari api, begitullah gambaran SKB ini. Banyaknya misi yang mesti dilakukan
tidak sebanding dengan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan dari segi pembiayaan
yang memadai, gedung dan fasilitas yang baik, serta pengembangan usaha yang
maksimal. Suryana Kepala Sub Bagian Tata Usaha mengatakan tidak memperoleh
sokongan pendanaan yang cukup untuk memaksimalkan SKB tersebut. Seperti contoh,
usaha pembibitan lele yang beberapa tahun belakang tidak berjalan lagi sebab
tidak ada biaya. Padahal mempunyai prospek yang bagus. Juga, usaha dari
pimpinan SKB untuk mengurai masalah minimnya dana agar kegiatan tetap berjalan
masih tidak maksimal.
Gedung SKB
tersebut bekas sekolah dasar Impres Sumurjurang 02 yang dibangun pada 1977.
Walau mendapat kucuran dana untuk membangun 2 gedung dan rehab atap, tetap saja
gedung-gedung yang lain nampak usang dan tak terawat. Rumput-rumput yang tinggi
serta seringnya terendam banjir jika musim penghujan.
Dewi Maghfi