Selasa, 11 Maret 2014

Pelayanan Pengobatan Terintegrasi

Sehat sesungguhnya tak hanya secara fisik terhindar dari penyakit. Menurut WHO, sehat meliputi jasmani, mental, spiritual, dan kemampuan seseorang dalam bermasyarakat. 

Hubungan di masyarakat akan menimbulkan tafsir-tafsir yang terkadang salah kaprah terkait makna sehat, sakit, dan pengobatannya. Semisal layanan kesehatan yang diterima masyarakat sampai saat ini lebih mencerminkan adanya pelapisan sosial. Padahal dalam pelayanan kesehatan harus ada pengakuan terhadap multikulturalitas. Dokter lebih memosisikan atau diposisikan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi sosial atau kewenangan perawat. Dokter pula diposisikan lebih tinggi di antara tenaga kesehatan lainnya. Analis kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat, misalnya. Walaupun Analis kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat tidak diberi kewenangan dalam ranah pengobatan.

Sementara stratifikasi layanan pengobatan terjadi karena adanya interpretasi mengenai status lembaga layanan pengobatan. Misalnya, pengobatan modern dengan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional akan dianggap sebagai pengobatan kelas kedua, sementara pengobatan medis dianggap sebagai kelas pertama.

Status ekonomi yang mendominasi di masyarakat ternyata berimbas pada status sosial masyarakat. Anggota masyarakat yang berkemampuan secara ekonomi akan berobat ke rumah sakit atau dokter. Bahkan sudah banyak yang memilih pengobatan ke luar negeri yang dirasa teknologinya canggih. Sementara, mereka yang tidak berkemampuan secara ekonomi untuk berobat ke rumah sakit di dalam atau luar negeri akan memilih pengobatan tradisional. Kesadaran seperti ini seolah-olah telah menjadi kesadaran kolektif di masyarakat yang didominasi oleh pemikiran kapitalis. 

Alternatif Pengobatan
Maraknya pengobatan tradisional yang sekarang ini dipilih sebagai alternatif pengobatan telah mendekonstruksi makna terhadap konsep produk sosial. Konsep dukun, rumah sakit, tabib, dokter telah menjadi salah satu objek perubahan sosial. Pranata kesehatan yang konvensional, dokter sebagai dokter atau tabib sebagai tabib, hanya menjadi salah satu bagian aktor kesehatan yang menjadi objek perubahan sosial. Maka, perlu adanya suatu pengakuan terhadap variasi pranata pengobatan. Diversifikasi diwacanakan menjadi satu kesadaran kolektif sebagai produk refleksi kesadaran kolektif masyarakat. 

Pemanfaatan pengobatan tradisional (herbal maupun terapis) awal mulanya hanya digunakan oleh perorangan. Kemudian berkembang oleh anggota keluarga, tetangga, atau kenalan. Berkembangnya kepercayaan masyarakat terhadap fungsi atau kemanfaatan pengobatan tradisional menyebabkan adanya kepercayaan kolektif terhadap pengobatan tradisional. Lantas menurut Giddens proses transformasi dari kepercayaan individual menjadi kepercayaan  kolektif terhadap pengobatan tradisional menjadi satu gejala adanya refleksi kolektif. 

Pengobatan Terintegrasi
Pengobatan di zaman modern seperti ini dengan berkembangnya bervariasi penyakit tidak hanya bisa ditangani oleh sistem layanan kesehatan modern. Pendekatan terapi, baik spiritual maupun psikologis menjadi satu kebutuhan mendasar. Bahwa asupan spiritual juga penting untuk menghindarkan manusia dari penyakit. Bahkan orang yang sedang sakit keras yang mana tidak ada obat yang bisa menyembuhkan entah modern ataupun tradisional, ia dianjurkan untuk mendekat sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Sebab hal tersebut adalah dorongan asupan spiritual jiwa yang memengaruhi kesehatan secara fisik dan mental. 

Adanya pemikiran tersebut di atas dalam masyarakat perlu adanya pelayanan pengobatan yang terintegrasi. Yakni kebutuhan untuk berkolaborasi antara pengobatan tradisional dan modern bagi masyarakat modern. 

Salah satu contoh di negara Chili yang mengemabangkan pendekatan layanan pengobatan kesehatan terintgrasi. Kebijakan dikeluarkan karena ternyata pengobatan tradisional tidak hanya terkait dengan masalah nilai budaya dan agama, tetapi adanya peran dan fungsi dalam menjelaskan aspek psikologis atau budaya sakit pasien. Sementara sistem pengobatan modern khususnya dokter memiliki pengetahuan sistematis dalam mendiagnosis dan memberikan perlakuan pengobatan. Oleh karena itu kolaborasi atau integrasi antara kesadaran budaya, pengetahuan kesehatan, dan teknologi kesehatan modern dapat memberikan layanan pengobatan yang bersifat holistik. Di masa mendatang akan terjadi proses diferensiatif. Yakni sistem medis akan mulai saling memadu. Walaupun mungkin model dan pola perpaduannya akan melahirkan perbedaan.

Tidak ada komentar: