Ia bukan putih.
Bukan pula hijau, abu-abu, jingga, kuning, coklat. Ia tak
berwujud tak pula berwujud. Ia bukan manusia, hewan, tumbuhan, makhluk gaib,
malaikat, dan wali.
Ia bukan hitam.
Namun, sangat padu dengan hitam. Ia merah menyala. Ia bak
serupa biji sejenis Adenanthera pavonina.
Ia pohon yang berkhasiat sebagai obat.
Ia hanya secercah letupan bara api yang keluar bersama
sinabung. Yang membara dalam raga. Namun belum menyentuh sukma. Ia masih
berkelindan. Ia menjadi bayang-bayang. Ia musuh yang nyata. Namun tak senyata
untuk melawannya.
Kini, ia tak bisa berlari seharmonis empat tahun silam. Ia
tak bisa padu. Bahkan untuk melompat. Ia tahu hanya sebab kepala yang semakin
terjejal. Apapun. Terkadang ia menjelma menjadi sinar atau sebuah bisikan.
Ia sebuah rasa dan kekhawatiran yang mengikat. Namun, ia
sedang mengupayakan saga. Saga yang merasuk dalam sukma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar