Untuk apa hidup?
Pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa kau dilahirkan, dirawat, hingga sebuah cita-cita mulia keluar dari kedua orang tua
Klasiknya pasti beliau mengatakan “kamu harus lebih baik dari orang tuamu”
Aku juga tak pernah bertanya mengapa aku dilahirkan?
Apa arti hidup?
Dan untuk apa aku hidup?
Namun, kehidupanlah yang mengajariku untuk memahaminya
Menghadapkanku pada sebuah pilihan
Menuntutku untuk bisa bertahan
Barangkali benar seperti kata pemuka agama bahwa hidup itu sebentar
Akan ada alam yang jauh lebih kekal
Tapi, bagiku di alam manapun tetap juga hidup dan ada kehidupan
“Namun, di alam yang kekal itu jauh lebih dahsyat
Mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat di dunia
Semua penghargaan dan penyiksaan yang tiada duanya bertempat di sana”
Seperti itu katanya.
Aku pun tak tahu apa benar atau tidak?
Tapi, percaya.
***
Hidup
adalah perjuangan kata Chairil Anwar
Dimana
perjuangan itu membutuhkan komitmen dan kerja keras dalam menjalaninya.
Tanpa keduanya
dapat dikatakan bahwa seseorang tidak memiliki perjuangan atas hidupnya.
Dan
banyak lagi yang menafsirkan arti hidup
Hidup
adalah kesempatan
Hidup adalah keindahan
Hidup adalah mimpi
Hidup adalah tantangan
Hidup adalah kewajiban
Hidup adalah pertandingan
Hidup adalah keindahan
Hidup adalah mimpi
Hidup adalah tantangan
Hidup adalah kewajiban
Hidup adalah pertandingan
Dan
hidup adalah pilihan
Apapun
itu masing-masing orang mempunyai penafsiran yang berbeda
Sebab,
perjalanan hidup tiap manusia berbeda
“Bagiku
apapun artinya itulah jalan hidupmu
Tuhan
memang yang menentukan jalan hidup manusia
Kunci
sudah dipegang masing-masing manusia
Dan
gemboknyalah yang harus kau cari dalam kehidupan
Untuk
pintunya tuhan telah menciptakan berbagai jenis
Dari
warna, bahan, bentuk, hingga variasi yang ditawarkan
Jika
memang kau bisa memanfaatkannya, bisa kau jual untuk mendapatkan tambahan
sebagai bekal hidup
Bisa
kau berikan secara Cuma-Cuma
Bisa
kau berikan sebagian atau sedikit kepada orang lain
Dan
bisa kau manfaatkan untuk diri dan golongan sendiri”
Menurutku
***
Usaha
Untuk
menjalani hidup kita dihadapkan dengan makhluk lainnya
Dari
makhluk hidup hingga mati
Dari
beragam jenis, kultur, golongan, daerah, bla bla bla dan bla
Sebatas
usaha yang bisa aku lakukan
Terkadang
naik dan terkadang turun
Bak air
laut pasang dan surut
Tidak
semua orang memang dapat saling memahami
Mempunyai
pemikiran yang sama
Mengetahui
tanggungjawab masing-masing
Begitu
juga denganku
Aku
tidak pandai dalam hal itu, bahkan banyak yang mengatakan bodoh
Ya,
tidak apa-apa
Kamu
jauh lebih pintar dariku, dan aku ingin belajar darimu
Jika
aku sudah pintar orang tuaku mungkin tidak akan menyekolahkanku, tidak banyak
mengeluarkan uang
Karena
pintar itu bukan karena sekolah atau tidak sekolah, ya sekolah sebagai sarana
untuk mengembangkan kemampuan, mengeksplor diri, dan bahkan timbul pertanyaan untuk
apa sekolah?
Walaupun
tanpa sekolah pun juga bisa
Banyak
kegiatan yang dapat menampungnya tanpa sekolah
***
Usaha
yang telah dilakukan tidak akan pernah sia-sia
Sekecil
apapun
Jika
mungkin banyak orang mengatakan hal bodoh yang kau lakukan,
Tak ada
masalah.
Jika
banyak orang mengatakan tak ada gunanya apa yang telah kau lakukan
Tak ada
masalah
Jika
banyak orang mengatakan terlalu tolol apa yang telah kau lakukan
Tak ada
masalah
Persepsi
tiap orang berbeda
Jika
memang ada niat baik, jalan pasti ada
Menghargai
usaha orang lain barangkali sesuatu hal yang sangat sulit
Mengharap
pada manusia pasti akan mendatangkan kekecewaan
Lebih
baiknya mengharaplah pada Tuhan yang telah menciptakanmu
Tak
semua usaha yang kau lakukan orang lain tahu, tapi Tuhan Maha Tahu
Hal
yang wajar ketika banyak orang yang berkomentar
Karena
kau hidup
Karena
kau ada
Karena
kau berpikir
Karena
kau peduli
Karena
kau bersosialisasi
Dan kau
harus mau mendengar.
Amin
amin amin.
Duh.
Betapa
Hidup melulu bertemu
Garis miring
Beriring
Serakan pilihan mencari pasti.
Betapa
Hidup melulu bertemu
Titik dua
Bagi puas diri yang begitu luas
Hendak menuju pasti.
Betapa
Hidup melulu bertemu
Koma
Capai segala yang belum selesai.
Duh.
Betapa
Hidup akhirnya,
Menuju ke satu tanda baca
Titik.
(Sandra palupi, 2009)