Senin, 10 Maret 2014

Tak Mesti Ikuti “Pasar”




Bukan kami mengikuti pasar, namun pasar yang mengikuti kami.
 
                Suasana Gedung H lantai 1 tampak rame. Berduyun-duyun mahasiswa mendekati ruangan kemahasiswaan untuk menyerahkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Di meja Kemahasiswaan terlihat setumpuk proposal dengan sampul berbagai warna. Di sisi lain, banyak yang membincang akan datangnya group band Nidji. Dari obrolan-obrolan ringan mereka, banyak yang mendamba personil Nidji. “Aku ingin foto bareng dengan Giring,” ungkap Devi Mahasiswa Fakultas Ekonomi sembari mengepalkan jari-jari tangannya sembari memohon. 


                Menaiki gedung H lantai 2 suasana semakin riuh. Rekan-rekan dengan mengenakan kaos putih dan berkerah hijau–panitia inagurasi–terlihat sibuk saling rundingan. Beberapa diantaranya berkomunikasi lewat HT. Begitu pula di teras depan, security dan resimen mahasiswa berkoordinasi dengan security yang berjaga di gerbang  utama. Suasana mondar-mandir mereka terlihat berkurang ketika jajaran Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan keluar dari ruangan. Kami berjajar di teras depan sembari menyalami personil Nidji yang baru turun dari mobil tepat pukul 14.15 WIB.  Mereka melempar senyuman kepada kami. 

“Selamat datang di Unnes,” ucap Masrukhi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 

                “Giring tidak ikut rombongan ini Bapak, dia kemarin masih sakit. Jadi, dari Airport nanti langsung ke lapangan,” terang manajer Nidji.  
Sembari berbincang, mereka diantar ke ruangan Rektor. Di dalam ruangan Rektor sudah disiapkan jamuan makanan. Es buah, nasi, daging, udang goreng, mengisi meja makan. Beberapa personil Nidji yang belum sempat duduk, menanyakan letak toilet. Kami yang berada di situ tampak gugup akan mengarahkan kemana. 

“Silakan menuju sini,” ucap salah satu panitia sembari menunjukkan arah ke toilet ruang Rektor. 

Dalam ruangan tersebut canda tawa mulai mengalir. Manajer Nidji yang bercerita kala itu di hadapan jajaran Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Ia memperkenalkan personil Nidji. Tampak kekaguman dari Masrukhi, semua personilnya melanjutkan sekolah di bangku kuliah. 

“Wah, ini memang kaum intelek,” ucap Masrukhi dengan gelak tawa dan seisi ruangan.

Rektor masuk ke ruangan Pukul 14.54 WIB. Dia sedang ada kegiatan yang tak memungkinkan untuk menyambut personil dari awal. Sebelum Rektor datang, kami yang berada di ruangan memanfaatkan untuk mengabadikan momen. Kami saling berjajar dengan personil Nidji untuk saling mengambil gambar. Gelak tawa pun senantiasa lepas. Cekrik, cekrik, cekrik, cekrik, suara kamera yang tombolnya saling ditekan. 

“Mana ini, fotografer aslinya? Hehe..” ucap Masrukhi.
“Pak Sihono, Pak Sihono,” panitia mempersilakan Fotografer Humas untuk mengambil gambar.

 Sudah sebelas tahun Nidji berdiri. Namun, baru professional sekitar tujuh tahun. Kesemua personil penulis lirik. Namun, tak ada satu pun yang kuliahnya mengambil jurusan musik. Dua diantaranya jurusan bisnis dan teknik. 

“Kami tak mesti ikuti pasar, pasar dong yang harus mengikuti kami,” terang manajer Nidji. 

Ciri khas Nidji selalu berinovasi dan mempertahankan kualitas. Sebelum membuat lagu mereka selalu mengadakan brain storming secara rutin. Banyak lagu yang bermula dari pengalaman personil, namun banyak pula yang berawal dari proyek.  

Sate menjadi idaman mereka ketika berada di Semarang. “Setiap kami ke Semarang, selalu mampir ke sate Pak Widodo Menoreh,” celoteh mereka. 


               

Tidak ada komentar: