Bukan kami mengikuti pasar, namun pasar
yang mengikuti kami.
Suasana
Gedung H lantai 1 tampak rame. Berduyun-duyun mahasiswa mendekati ruangan
kemahasiswaan untuk menyerahkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Di meja
Kemahasiswaan terlihat setumpuk proposal dengan sampul berbagai warna. Di sisi
lain, banyak yang membincang akan datangnya group
band Nidji. Dari obrolan-obrolan ringan mereka, banyak yang mendamba
personil Nidji. “Aku ingin foto bareng dengan Giring,” ungkap Devi Mahasiswa
Fakultas Ekonomi sembari mengepalkan jari-jari tangannya sembari memohon.
Menaiki
gedung H lantai 2 suasana semakin riuh. Rekan-rekan dengan mengenakan kaos putih
dan berkerah hijau–panitia inagurasi–terlihat sibuk saling rundingan. Beberapa
diantaranya berkomunikasi lewat HT. Begitu pula di teras depan, security dan resimen mahasiswa
berkoordinasi dengan security yang
berjaga di gerbang utama. Suasana
mondar-mandir mereka terlihat berkurang ketika jajaran Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
keluar dari ruangan. Kami berjajar di teras depan sembari menyalami personil
Nidji yang baru turun dari mobil tepat pukul 14.15 WIB. Mereka melempar senyuman kepada kami.
“Selamat datang di Unnes,” ucap
Masrukhi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
“Giring
tidak ikut rombongan ini Bapak, dia kemarin masih sakit. Jadi, dari Airport
nanti langsung ke lapangan,” terang manajer Nidji.
Sembari berbincang, mereka diantar ke ruangan Rektor. Di
dalam ruangan Rektor sudah disiapkan jamuan makanan. Es buah, nasi, daging,
udang goreng, mengisi meja makan. Beberapa personil Nidji yang belum sempat
duduk, menanyakan letak toilet. Kami yang berada di situ tampak gugup akan
mengarahkan kemana.
“Silakan menuju sini,” ucap salah
satu panitia sembari menunjukkan arah ke toilet ruang Rektor.
Dalam ruangan tersebut canda tawa
mulai mengalir. Manajer Nidji yang bercerita kala itu di hadapan jajaran
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Ia memperkenalkan personil Nidji. Tampak
kekaguman dari Masrukhi, semua personilnya melanjutkan sekolah di bangku
kuliah.
“Wah, ini memang kaum intelek,”
ucap Masrukhi dengan gelak tawa dan seisi ruangan.
Rektor masuk ke ruangan Pukul
14.54 WIB. Dia sedang ada kegiatan yang tak memungkinkan untuk menyambut
personil dari awal. Sebelum Rektor datang, kami yang berada di ruangan
memanfaatkan untuk mengabadikan momen. Kami saling berjajar dengan personil
Nidji untuk saling mengambil gambar. Gelak tawa pun senantiasa lepas. Cekrik, cekrik, cekrik, cekrik, suara
kamera yang tombolnya saling ditekan.
“Mana ini, fotografer aslinya?
Hehe..” ucap Masrukhi.
“Pak Sihono, Pak Sihono,” panitia
mempersilakan Fotografer Humas untuk mengambil gambar.
Sudah sebelas tahun Nidji berdiri. Namun, baru
professional sekitar tujuh tahun. Kesemua personil penulis lirik. Namun, tak
ada satu pun yang kuliahnya mengambil jurusan musik. Dua diantaranya jurusan bisnis
dan teknik.
“Kami tak mesti ikuti pasar,
pasar dong yang harus mengikuti kami,” terang manajer Nidji.
Ciri khas Nidji selalu berinovasi
dan mempertahankan kualitas. Sebelum membuat lagu mereka selalu mengadakan brain storming secara rutin. Banyak lagu yang bermula dari
pengalaman personil, namun banyak pula yang berawal dari proyek.
Sate menjadi idaman mereka ketika
berada di Semarang. “Setiap kami ke Semarang, selalu mampir ke sate Pak Widodo
Menoreh,” celoteh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar