Minggu, 10 Februari 2013

Berbagi Untuk Terbuka

Manusia tak lepas dari interaksi terhadap manusia lain. Entah dalam obrolan biasa, dalam organisasi, rekan kerja, keluarga, begitu pula dalam perkuliahan. Ada hal yang seringkali diindahkan oleh mereka. Ya, sharing dan refleksi. Pastinya sudah sangat familiar dengan dua kata tersebut. Dan terkadang pun kita melakukannya. Nah, apakah sudah maksimal?

Dari KEM Menjadi Indonesia saya belajar banyak terkait sharing dan refleksi. Sharing merupakan proses awal untuk membuka pintu rasa antar sesama. Seseorang berperan sebagai penerima dan pengaman rasa. Namun, tak semuanya memang bisa dengan legowo bercerita dengan orang lain. Apalagi jika dalam ranah pribadi dan hal-hal terprivasi dalam hidup masing-masing. Seperti halnya aku. Aku termasuk seseorang yang susah untuk mengungkapkan perasaan dan terbuka dengan orang lain. Biasanya saya memendam saja apa yang saya rasakan, entah senang atau sedih. Bisa dikatakan orang yang tidak ekspresif. Nah, setidaknya sharing kemarin telah membantu aku untuk terbuka. Merasakan rasa plong ketika selesai sharing. Tapi, saya pikir dalam sharing pun harus ada rasa kepercayaan satu sama lain.

Dalam KEM Menjadi Indonesia setiap hari kita melakukan sharing dan refleksi. Sharing dilakukan dengan kumpul satu kelompok (lima sampai enam orang) membicarakan apa yang dirasa dari aktivitas di esok hari. Tak jarang hal-hal yang diluar dugaan muncul. Cerita masa lalu, senang, sedih, mengalir dengan seksama. Tak ada bantahan dan tanggapan karena bukan dalam suasana debat. Kita sekadar mendengarkan dan merasakan hal yang sama apabila kita dihadapkan pada posisi tersebut. Saya rasa hal tersebut cukup efektif dipraktekkan dalam pekerjaan, keluarga, pertemanan, dll.


Kemudian refleksi. Refleksi merupakan proses bercermin. Ketika bercermin tentunya kita meneliti dan menelisik dalam diri. Bercermin terkadang hanya tahu apa yang kita lihat saja, atau apa yang dilihat dalam cermin. Namun, berefleksi merupakan bercermin apa yang bisa dilihat dan yang tak bisa dilihat. Terkait adanya perbedaan, keanehan, kecacatan, dan kemulusan dalam diri. Bercermin bukan menjadikan sombong. Namun, menelusuri lebih lanjut apa yang kita lihat dan lakukan saat ini, saat lalu, dan saat yang tak hadir namun ada. Refleksi merupakan menyadari kekurangan diri sendiri dan tekad apa yang akan dilakukan untuk meminimalisir kekurangan tersebut. Serta mengembangkan dan mengasah kelebihan diri. Seperti layaknya dua sisi mata uang saat melakukan refleksi. Yakni, sikap optimisme dan pesimisme. Saat yang hening bagi aku enak dalam melakukan refleksi. Kalau kata salah satu temenku, ada kecenderungan masing-masing individu masih takut untuk melucuti diri sendiri. Nah, saat berefleksi ini saya pikir yang tepat untuk mencoba melucuti diri sendiri. Sulit memang, namun tak ada yang tak mungkin.

Tidak ada komentar: